Santo Fransiskus tidak pernah lelah berbicara tentang
kebaikan Allah. Dia tidak pernah berhenti berpikir tentang gelar-gelar
mengagumkan yang diberikan kepadaNya. Bacalah perlahan-lahan kutipan berikut,
yang diambil dari AngTBul XXIII:8-11:
Marilah kita mencintai Tuhan Allah dengan segenap hati,Dengan segenap jiwa,Dengan segenap budi,Dengan penuh kekuatan dan ketabahan,
Dengan sepenuh daya pengertian dan segenap tenaga,Dengan segala jerih payah dan dengan segenap perasaan,Dengan seluruh sanubari,Dengan sepenuh hasrat dan kemauan;Dia sudah dan masih memberikan kepada kita semua seluruh badan, seluruh jiwa dan
seluruh hidup kita;...Maka janganlah kita menginginkan dan menghendaki hal lainnya.Janganlah sesuatu yang lain menyenangkan dan menggembirakan kita,Kecuali Pencipta dan Penebus serta Penyelamat kita,Satu-satunya Allah yang benar;Dialah kebaikan yang sempurna, segenap kebaikan, seluruhnya baik,Kebaikan yang benar dan tertinggi;Dialah satu-satunya yang baik,Penyayang, pemurah, manis dan lembut;Dialah satu-satunya yang kudus,Adil, benar, suci dan tulus, satu-satunya yang pemurah,Tak bersalah dan murni....Di mana pun,Di segala tempat,Pada setiap saat dan setiap waktu,Setiap hari dan senantiasa,Hendaklah kita semua mengimani dengan sungguh-sungguhDan dengan rendah hatiMenyimpan dalam hati dan mengasihi,Menghormati, menyembah, mengabdi,Memuji dan memuliakan,Meluhurkan dan menjunjung tinggi,Mengagungkan dan mensyukuri Allah yang kekal,Mahatinggi dan Mahaluhur,Tritunggal dan Keesaan,Bapa, Putra dan Roh Kudus,Pencipta segala sesuatu,Penyelamat semua orang yang menaruh kepercayaan,harapan dan kasih kepadaNya.
Allah adalah Bapa kita yang mencintai
Di atas segala-galanya, Fransiskus memandang Allah sebagai
Bapa yang baik. Di dalam kehidupan sekarang ini, kita boleh melihat Allah
sebagai Bapa yang mengasihi. (Sering dalam buku ini kita menyebut Allah sebgai
Bapa seperti Fransiskus. Itu tidak bermaksud kurang menghargai gambaran keibuan
Allah yang cukup dikenal sekarang ini). Dalam penemuan kembali Fransiskus akan
Kristus dalam injil, dia menemukan bahwa Kristus terus menerus bergantung pada
BapaNya. Kristus melakukan segala sesuatu karena kasihNya kepada BapaNya.
Kristus menjadikan ita saudara dan saudariNya. Dia memberikan kita BapaNya
sendiri. Dialah Bapa yang penuh kasih.
Allah adalah Baik
Kebaikan Allah merangkum prinsip dasariah spiritualitas
fransiskan. Ini merupakan alasan bagi semua kegiatan rohani; jawaban pertama
dan terahir untuk semua masalah. Tentu saja benar bahwa Allah itu mahakuasa,
mahabijaksana, mahatahu. Dialah hakim, pembalas dan penghukum, tetapi
spiritualitas fransiskan memilih untuk menekankan kasih dan kebaikan Allah.
Allah memiliki segala kebaikan, keindahan, kebahagiaan
sejauh akal budi manusia dapat memikirkannya – dan yang melampaui pemikiran
manusia. Allah adalah kebaikan yang tak terbatas, abadi dan tak terkirakan.
Allah adalah kasih yang abadi. Allah menghendaki agar kita mengalami kebaikan
itu.
Apa arti mengasihi itu?
Kita perlu memahami lagi arti kata
mengasihi.
Mengasihi
adalah sesuatu yang amat bernilai di surga dan di bumi ini. Mengasihi adalah
kodrat Allah dan perintah utama dalam kehidupan manusia. Apakah arti mengasihi?
Definisi-definisi ini sungguh bukan sesuatu yang romantis.
Kita coba merumuskan dengan cara berikut ini: mengasihi seorang adalah menghendaki,
menginginkan apa yang baik bagi orang itu. Kita mengatakan
ingin, hendak daripada
memberikarena nyatanya kita tidak mampu memberi kepada seseorang hal yang kita
kehendaki. Seorang ibu tidak dapat memberikan kesehatan kepada anak bayi yang
meninggal; seorang teman tidak dapat memberikan iman kepada yang lain.
Kadang-kadang kita tidak dapat memberi karena kita tidak mempunyai sesuatu
untuk diri kita sendiri. Akan tetapi, dalam semua hal ini orang dapat
mewujudkan kasih yang dalam dan murah hati. Kita ingin agar orang yang kita
cintai memiliki semua hal ini.
Kita selalu tidak dapat memberikan apa yang sepenuhnya
diminta orang. Kita harus melakukan penilaian mengenai apa yang sungguh baik.
Seorang ibu tidak bisa membiarkan anaknya makan es krim setengah galon, kendati
anak itu mau makan seluruhnya. Seorang sahabat tidak dapat membeli kokain bagi
sahabatnya. Akan tetapi, kasih sejati bukanlah kedisplinan dan otoritarian,
atau memaksakan nilai pada orang lain.
Kasih memberi apa yang diperlulkan orang lain: secara fisik,
emosional, rohani dan manusiawi. Mengasihi berarti menjadi penuh perhatian dan
prihatin akan kebutuhan orang lain, menjadi murah hati dan tak mengutamakan
diri sendiri untuk memenuhinya.
Kasih yang paling agung pun mempunyai batas-batas. Dalam
hidup duniawiNya, Kristus tidak dapat berada secara serentak di mana-mana. Dia
hanya dapat berhubungan dengan orang-orang sesuai dengan waktu yang dimilikiNya.
Kita masing-masing memiliki keterbatasan fisik, emosi, intelektual dan
manusiawi. Mencintai bukanlah memaksa diri untuk melayani orang lain setiap
hari, sehingga kehabisan segala-galanya. Kita dibatasi oleh kewajiban yang kita
miliki. Seorang istri tidak dapat menghabiskan seluruh waktunya dengan
memperhatikan orang di jalan karena keluarganya sendiri membutuhkan dia.
Seorang suami tidak dapat membatalkan pekerjaannya hanya karena anaknya mau bermain
dengannya.
Muder Teresa dari Kalkuta
Muder Teresa dari Kalkuta menceritakan bagaimana dia membawa
makanan kepada suatu keluarga yang sedang kelaparan. Ketika dia kembali, Muder
Teresa menanyakan apa yang telah dikerjakannya. Ibu itu minta maaf. Ia telah
memberikan sebagaian dari makanannya kepada keluarga miskin lainnya.
Sementara kita berdiskusi tenang hal mengasihi pada tataran manusiawi,
ada sesuatu yang terlepas dari jangkauan kita. Mengasihi adalah mengambil
bagian dalam hidup Roh Allah. Karena itu, kasih adalah sesuatu yang ilahi,
suatu misteri. Mengasihi menyatakan diri dalam suatu cara nyata yang terpancar,
yang dapat dilihat dan dialami.
Allah tidak dapat diikat oleh batas-batas. Karena itu
menginginkan yang baik dalam diri Allah
Trinitas adalah sesuatu yang tak terbatas, total, menyeluruh. Kasih Allah
merupakan aliran tanpa batas, lebih luas dari seluruh alam semesta, mengalir
masuk ke dalam persekutuan yang disebut Bapa, Putra dan Roh Kudus, dan kemudian
mengalir keluar ke seluruh dunia.
Yesus merupakan ungkapan kasih ini, yang mengosongkan diri
dan mengambil rupa tubuh dan roh seperti kita. KasihNya ilahi – Dia memberikan
kita semua yang dimilikiNya, bahkan juga hidupNya sendiri, namun kasihNya
adalah juga manusiawi – Yesus tahu memutuskan apa yang diberi, kapan diberikan,
apa yang tidak dilakukan, apa yang bijaksana kini dan pada masa yang akan
datang. Dia memikirkan apa yang sesungguhnya dibutuhkan oleh orang lain dan
cara terbaik untuk memenuhinya.
Kalau kasih tidak dibungkus oleh kepentingan diri sendiri,
kasih itu menyebar seperti api, menyinarkan terangnya dan menyebarkan
kehangatannya kepada semua orang dan ke segenap penjuru. Semakin kita merasa
bahagia, semakin kita ingn menuturkan kebahagiaan itu kepada orang lain. Allah,
yang adalah kasih itu sendiri, juga ingin membagikan kebaikan dengan manusia.
Allah tidak
dipaksa untuk membagikan
kebaikan ini; Allah menghendakinya. Allah mau menjadi bapa kita, memberi kita
hidup abadi, kebahagiaan dan kebaikan.
Anugerah kasih Allah yang terbesar
Anugerah paling besar yang diberikan Allah kepada kita
adalah kehidupan – bukan hanya hidup manusiawi, tetapi kita diperkenankan
mengambil bagian dalam hidup Allah sendiri. Misteri ini disebut rahmat. Rahmat
mempengaruhi kita sampai pada akar terdalam keberadaan kita. Kita adalah
manusia baru seperti saat kita diciptakan untuk pertama kalinya, namum kebaruan
itu bukanlah sesuatu yang ditempatkan pada puncak keberadaan kita. Rahmat itu
membantu kodrat kita, menyerap ke dalam keberadaan kita – jika kita
membiarkannya. Ini berarti bahwa kekuasaan kasih Allah menjadi daya kuasa kita.
Kebijaksanaan dan kebenaran kasih Allah menjadi milik kita. Apa pun yang
diberikan dan diterima, kemurahan hati dan rasa adalah milik kita semua, karena
apa yang ada dalam diri Allah juga ada dalam diri kita, bukan dengan imitasi
dari jauh, tetapi oleh partisipasi dalam hidup Allah sendiri.
Yesus memperlihatkan kepada kita hidup dari rahmat kasih
Allah. Dia memenangkan bagi kita, ciptaanNya yang baru, melalui Roh Kudus
sendiri sehingga kita dapat menghayati hidup Allah dalam rupa manusia, seperti
yang dilakukan Yesus. Allah tidak memberikan kita Yesus hanya
di luar diri kita – manusia yang hidup
2000 tahun lalu – malah Kristus yang bangkit
di sini, di meja altar. Allah memberikan diriNya kepada kita,
Yesus, Roh KudusNya ke dalam hati kita, ibarat api membakar kayu tidaklah sama
dengan kayu itu.
Kalau kita membiarkannya, dan selaras dengan keterbatasan
manusiawi kita, kita mengalami ciptaan baru dari hakikat keberadaan kita. Tiada
daya lain yang mengubah melampaui daya kasih. Seorang laki-laki atau perempuan
yang mencintai menjadi pribadi yang baru. Begitulah yang terjadi bila kita
membiarkan rahmat kasih Allah itu merasuki seluruh diri kita.
Hati Fransiskan
Kita telah mengatakan bahwa perhatian pertama dari
spiritualitas fransiskan adalah mewujudkan bahwa Allah adalah kasih. Kedua,
Kristus adalah saudara kita dalam kasih Allah, dan kita semua adalah saudara
dan saudari dalam Kristus. Fransiskus menemukan kembali kebenaran utama Injil:
Kristus tidak hanya Allah; Dia adalah manusia. Dia sungguh manusia dengan
badan, pikiran, kehendak, perasaan yang sungguh manusiawi, seperti kita semua,
kecuali dosa dan akibat dari dosa pribadi. Yesus, saudara kita, datang agar
kita dapat memiliki hidup kekal bersama Allah Bapa.
Hidup injili berarti mengasihi seperti Yesus, sebagai
manusia, yang mengenal bahwa kasih Allah mendorong kita dari dalam. Hidup
injili adalah mengasihi orang – bukan orang pada umumnya, tetapi
orang-orang tertentu ini, orang-orang yang
kita jumpai, yang hidup dan bekerja bersama kita, yang mungkin membuat kita
menderita atau mengalami kesulitan, sama juga terhadap orang-orang yang membawa
kita kegembiraan. Ordo Fransiskan Sekular memberikan kepadaku suatu komunitas
orang-orang yang membantu kita untuk menglami dan memberikan kesaksian tentang
kasih Kristus dan Fransiskus.
Allah adalah kasih
Kita tidak boleh melupakan tema utama: Melampaui segala sesuatu, di dalam segala sesuatu,
melalui segala sesuatu, Allah adalah kasih. Puji-pujian yang kita ucapkan
setiap hari ialah, “Terpujilah Engkau ya Allah, sebab Engkau baik”.
Pertanyaan untuk direnungkan
- Apa arti mengasihi?
- Apakah Anda melihat bahwa ada misteri yang
tampak begitu jelas setiap hari?
- Apakah anugerah Allah terbesar bagimu?
Acuan pada teks kitab suci dan tulisan Fransiskan
- Luk 7-8: ajaran Kristus dan berbagai reaksi
- M. Bodo,
Fransiskus: Perjalanan dan Impian, hlm 29-37.
Penerapan dalam kehidupan sehari-hari
Apa pikiran Anda tentang mengasihi? Dapatkah Anda menyebut
orang yang menjelaskan kepadamu gagasan tentang mengasihi? Apa makna kasih
kebapaan Allah terhadap hidupmu? Apakah kualitas yang utama dari kasih
kebapaan? Apakah Anda sering berpikir tentang Kristus sebagai saudaramu?
Bagaimana Anda dapat lebih mengasihiNya lagi? Cobalah menyadari dan mengulangi
lebih sering doa ini:
Allah adalah kasih,
Allah adalah Bapaku yang penuh kasih. Kristus adalah saudaraku. Aku ingin
mengasihi mereka dan mengembalikan kepada mereka kebaikan.
Doa
(Pujian bagi Allah Yang Mahaluhur)
Engkaulah Tuhan yang Kudus,Allah satu-satunya,yang melakukan keajaiban-keajaibanEngkau kuat,Engkau besar;Engkau Mahaluhur;Engkaulah Raja Yang Mahakuasa,Engkaulah Bapa yang kudus,Raja langit dan bumi.Engkaulah Tuhan yang Tiga dan EsaAllah dari segala allah, Engkau baik,Seluruhnya baik,Paling baik, Tuhan Allah yang hidup dan benar.Engkaulah cintakasihEngkaulah kebijaksanaan,Engkaulah kerendahan,Engkaulah kesabaran,Engkaulah keindahan,Engkaulah kelembutan hati;Engkaulah keamananEngkaulah ketenteramanEngkaulah kegembiraan,Engkaulah pengharapan
dan dukacita kami,Engkaulah keadilan,Engkaulah keugaharian,Engkaulah segala kekayaan kami yang melimpahEngkaulah keindahanEngkaulah kelembutan hati,Engkaulah pelindung,Engkaulah penjaga dan pembela kamiEngkaulah kekuatanEngkaulah penyegaran.Engkaulah harapan kami,Engkaulah kepercayaan kami.Engkaulah cintakasih kami,Engkaulah seluruh kemanisan kami,Engkaulah hidup kekal kami:Tuhan yang agung,
mengagumkan,
Allah Yang MahakuasaPenyelamat yang penuh belaskasihan.
*********************
Renungan pribadi / Jawaban atas pertanyaan
Mengasihi seorang adalah menghendaki, menginginkan apa yang baik bagi orang itu. Kita
mengatakan
ingin, hendak daripada
memberi karena nyatanya kita tidak mampu
memberi kepada seseorang hal yang kita kehendaki. Seorang ibu tidak dapat
memberikan kesehatan kepada anak bayi yang meninggal; seorang teman tidak dapat
memberikan iman kepada yang lain. Kadang-kadang kita tidak dapat memberi karena
kita tidak mempunyai sesuatu untuk diri kita sendiri. Akan tetapi, dalam semua
hal ini orang dapat mewujudkan kasih yang dalam dan murah hati. Kita ingin agar
orang yang kita cintai memiliki semua hal ini.
Mengasihi adalah mengambil bagian dalam hidup Roh Allah. Karena itu, kasih adalah sesuatu
yang ilahi, suatu misteri. Mengasihi menyatakan diri dalam suatu cara nyata
yang terpancar, yang dapat dilihat dan dialami.
Kasih Allah merupakan aliran tanpa batas, lebih luas dari seluruh alam semesta,
mengalir masuk ke dalam persekutuan yang disebut Bapa, Putra dan Roh Kudus, dan
kemudian mengalir keluar ke seluruh dunia.
Yesus merupakan ungkapan kasih ini, yang mengosongkan diri dan mengambil rupa tubuh
dan roh seperti kita. KasihNya ilahi – Dia memberikan kita semua yang
dimilikiNya, bahkan juga hidupNya sendiri, namun kasihNya adalah juga manusiawi
– Yesus tahu memutuskan apa yang diberi, kapan diberikan, apa yang tidak
dilakukan, apa yang bijaksana kini dan pada masa yang akan datang. Dia
memikirkan apa yang sesungguhnya dibutuhkan oleh orang lain dan cara terbaik
untuk memenuhinya.
Anugerah paling besar yang diberikan Allah kepada kita adalah kehidupan – bukan hanya
hidup manusiawi, tetapi kita diperkenankan mengambil bagian dalam hidup Allah
sendiri. Misteri ini disebut rahmat. Rahmat itu membantu kodrat kita, menyerap
ke dalam keberadaan kita – jika kita membiarkannya. Ini berarti bahwa kekuasaan
kasih Allah menjadi daya kuasa kita. Kebijaksanaan dan kebenaran kasih Allah
menjadi milik kita. Apa pun yang diberikan dan diterima, kemurahan hati dan
rasa adalah milik kita semua, karena apa yang ada dalam diri Allah juga ada
dalam diri kita, bukan dengan imitasi dari jauh, tetapi oleh partisipasi dalam
hidup Allah sendiri.
Yesus memperlihatkan kepada kita hidup dari rahmat kasih Allah. Dia memenangkan bagi
kita, ciptaanNya yang baru, melalui Roh Kudus sendiri sehingga kita dapat
menghayati hidup Allah dalam rupa manusia, seperti yang dilakukan Yesus. Allah
tidak memberikan kita Yesus hanya
di luardiri kita – manusia yang hidup 2000 tahun lalu – malah Kristus yang bangkit
di sini, di meja altar. Allah memberikan diriNya kepada kita, Yesus, Roh KudusNya ke dalam hati kita, ibarat api
membakar kayu tidaklah sama dengan kayu itu.
Kalau kita membiarkannya, dan selaras dengan keterbatasan manusiawi kita, kita
mengalami ciptaan baru dari hakikat keberadaan kita.
tresitaofs