Kamera 1
Kamis, 06 Maret 2014
Pantang dan Puasa
Pantang makan daging atau makanan lain menurut ketentuan Konferensi para Uskup hendaknya dilakukan setiap hari Jumat sepanjang tahun, kecuali hari Jumat itu kebetulan jatuh pada salah satu hari yang terhitung hari raya; sedangkan pantang dan puasa hendaknya dilakukan pada hari Rabu Abu dan pada hari Jumat Agung, memperingati Sengsara dan Wafat Tuhan Kita Yesus Kristus. Peraturan pantang mengikat mereka yang telah berumur genap empat belas tahun; sedangkan peraturan puasa mengikat semua yang berusia dewasa sampai awal tahun ke enampuluh; namun para gembala jiwa dan orangtua hendaknya berusaha agar juga mereka, yang karena usianya masih kurang tidak terikat wajib puasa dan pantang, dibina ke arah cita-rasa tobat yang sejati.(KHK 1251-1252)
Jadi sebagai orang Katolik wajib berpuasa pada hari Rabu Abu dan Jumat Agung. Jadi, selama masa Prapaskah, kewajiban puasa hanya dua hari saja. Yang wajib berpuasa adalah semua orang beriman yang berumur antara delapan belas (18) tahun sampai awal enam puluh (60) tahun.
PUASA berarti:
makan kenyang hanya satu kali dalam sehari.
Untuk yang biasa makan tiga kali sehari, dapat memilih
• Kenyang, tak kenyang, tak kenyang, atau
• Tak kenyang, kenyang, tak kenyang, atau
• Tak kenyang, tak kenyang, kenyang
Orang Katolik wajib berpantang pada hari Rabu Abu dan setiap hari Jumat sampai Jumat Suci. Jadi hanya 7 hari selama masa PraPaskah.
Yang wajib berpantang adalah semua orang katolik yang berusia empat belas (14) tahun ke atas.
PANTANG berarti
• Pantang daging, dan atau
• Pantang rokok, dan atau
• Pantang garam, dan atau
• Pantang gula dan semua manisan seperti permen, dan atau
• Pantang hiburan seperti radio, televisi, bioskop, film.
Karena begitu ringannya, kewajiban berpuasa dan berpantang,
sesuai dengan semangat tobat yang hendak dibangun,
umat beriman,
baik secara pribadi, keluarga, atau pun kelompok,
dianjurkan untuk menetapkan cara berpuasa dan berpantang yang lebih berat. Penetapan yang dilakukan diluar kewajiban dari Gereja, tidak mengikat dengan sangsi dosa.
Dalam rangka masa tobat, maka pelaksanaan perkawinan juga disesuaikan. Perkawinan tidak boleh dirayakan secara meriah.
ARTI PUASA dan PANTANG
PUASA adalah tindakan sukarela Tidak makan atau tidak minum Seluruhnya, yang berarti sama sekali tidak makan atau minum apapun Atau sebagian, yang berarti mengurangi makan atau minum.
Secara kejiwaan, Berpuasa memurnikan hati orang dan mempermudah pemusatan perhatian waktu bersemadi dan berdoa.
Puasa juga dapat merupakan korban atau persembahan.
Puasa pantas disebut doa dengan tubuh, karena dengan berpuasa orang menata hidup dan tingkah laku rohaninya.
Dengan berpuasa, orang mengungkapkan rasa lapar akan Tuhan dan kehendakNya. Ia mengorbankan kesenangan dan keuntungan sesaat, dengan penuh syukur atas kelimpahan karunia Tuhan. Demikian, orang mengurangi keserakahan dan mewujudkan penyesalan atas dosa-dosanya di masa lampau.
Dengan berpuasa, orang menemukan diri yang sebenarnya untuk membangun pribadi yang selaras. Puasa membebaskan diri dari ketergantungan jasmani dan ketidakseimbangan emosi. Puasa membantu orang untuk mengarahkan diri kepada sesama dan kepada Tuhan.
Itulah sebabnya, puasa Katolik selalu terlaksana bersamaan dengan doa dan derma, yang terwujud dalam Aksi Puasa Pembangunan.
Semangat yang sama berlaku pula untuk laku PANTANG.
Yang bukan semangat puasa dan pantang Katolik adalah:
Berpuasa dan berpantang sekedar untuk kesehatan: diet, mengurangi makan dan minum atau makanan dan minuman tertentu untuk mencegah atau mengatasi penyakit tertentu.
Berpuasa dan berpantang untuk memperoleh kesaktian baik itu tubuh maupun rohani.
SABDA TUHAN SEHUBUNGAN DENGAN PUASA
"Melalui nabi Yesaya, Tuhan bersabda:
Berpuasa yang Kukehendaki ialah,
Supaya engkau membuka belenggu-belenggu kelaliman
Dan mematahkan setiap kuk
Supaya engkau memerdekakan orang yang teraniaya
Dan mematahkan setiap kuk,
Supaya engkau memecah-mecahkan rotimu bagi orang yang lapar
Dan membawa ke rumahmu orang miskin yang tidak mempunyai rumah
Dan apabila kamu melihat orang telanjang
Supaya engkau memberi dia pakaian
Dan tidak menyembunyikan diri terhadap saudaramu sendiri.
Pada waktu itulah
Engkau akan memanggil dan Tuhan akan menjawab
Engkau akan berteriak minta tolong dan Ia akan berkata: Ini Aku
Apabila engkau tidak lagi mengenakan kuk kepada sesamamu
Dan tidak lagi menunjuk-nunjuk orang dengan jari dan memfitnah
Apabila engkau menyerahkan kepada orang lapar apa yang kauinginkan sendiri
Dan memuaskan hati orang tertindas
Maka terangmu akan terbit dalam gelap
Dan kegelapanmu akan seperti bintang rembang tengah hari"
Dalam kotbah di bukit, Yesus bersabda tentang puasa:
“Apabila kamu berpuasa,
Janganlah muram mukamu seperti orang munafik. Mereka mengubah air mukanya, supaya orang melihat bahwa mereka sedang berpuasa. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya mereka sudah mendapat upahnya.
Tetapi apabila engkau berpuasa,
minyakilah kepalamu
Dan cucilah mukamu
Supaya jangan dilihat orang bahwa engkau sedang berpuasa
Melainkan hanya oleh Bapamu yang ada di tempat tersembunyi. Maka Bapamu yang melihat yang tersembunyi akan membalasnya kepadamu.”
Sumber: http://www.imankatolik.or.id/pantang-dan-puasa.html
BERPUASA DAN BERPANTANG MENURUT GEREJA KATOLIK
Bagaimanakah berpuasa yang benar menurut ajaran Gereja Katolik,
kapan dan bagaimana puasa itu dilakukan? Pertama-tama perlu kita ketahui dulu
alasan mengapa kita berpuasa dan berpantang. Bagi kita orang Katolik, puasa dan
pantang artinya adalah tanda pertobatan, tanda penyangkalan diri, dan tanda
kita mempersatukan sedikit pengorbanan kita dengan pengorbanan Yesus di kayu
salib sebagai silih dosa kita dan demi mendoakan keselamatan dunia. Jadi puasa
dan pantang bagi kita tak pernah terlepas dari doa. Dalam masa prapaska, maka
puasa, pantang dan doa disertai juga dengan perbuatan amal kasih bersama-sama
dengan anggota Gereja yang lain. Dengan demikian, pantang dan puasa bagi kita
orang Katolik merupakan latihan rohani yang mendekatkan diri pada Tuhan dan sesama, dan bukan untuk hal lain, seperti diit/ supaya kurus,
menghemat, dll. Dengan mendekatkan dan menyatukan diri dengan Tuhan, maka
kehendak-Nya menjadi kehendak kita. Dan karena kehendak Tuhan yang terutama
adalah keselamatan dunia, maka melalui puasa dan pantang, kita diundang Tuhan
untuk mengambil bagian dalam karya penyelamatan dunia, dengan cara yang paling sederhana, yaitu
berdoa dan menyatukan pengorbanan kita dengan
pengorbanan Yesus di kayu salib. Kita pun dapat mulai mendoakan keselamatan dunia dengan mulai
mendoakan bagi keselamatan orang-orang yang terdekat dengan kita: orang tua,
suami/ istri, anak-anak, saudara, teman, dan juga kepada para imam, pemimpin
Gereja, pemimpin negara, dst.
Berikut ini mari kita
lihat ketentuan tobat dengan puasa dan pantang, menurut Kitab Hukum Gereja
Katolik:
§
Kan. 1249 – Semua orang beriman kristiani wajib menurut cara masing-masing melakukan tobat demi hukum ilahi;
tetapi agar mereka semua bersatu dalam suatu pelaksanaan tobat bersama,
ditentukan hari-hari tobat, dimana umat beriman kristiani secara khusus
meluangkan waktu untuk doa, menjalankan karya kesalehan dan amal-kasih,
menyangkal diri sendiri dengan melaksanakan kewajiban-kewajibannya secara lebih
setia dan terutama dengan berpuasa dan berpantang, menurut norma kanon-kanon
berikut.
§
Kan. 1250 – Hari dan waktu tobat dalam
seluruh Gereja ialah setiap hari Jumat sepanjang
tahun, dan juga masa prapaskah.
§
Kan. 1251 – Pantang makan daging atau
makanan lain menurut ketentuan Konferensi para Uskup hendaknya
dilakukan setiap hari Jumat sepanjang tahun, kecuali
hari Jumat itu kebetulan jatuh pada salah satu hari yang terhitung hari raya; sedangkan pantang dan puasa hendaknya dilakukan pada hari Rabu Abu dan pada
hari Jumat Agung, memperingati Sengsara dan Wafat Tuhan Kita Yesus
Kristus.
§
Kan. 1252 – Peraturan pantang mengikat
mereka yang telah berumur genap empat belas tahun;
sedangkan peraturan puasa mengikat
semua yang berusia dewasa sampai awal tahun ke
enampuluh; namun para gembala jiwa dan orangtua hendaknya berusaha
agar juga mereka, yang karena usianya masih kurang tidak terikat wajib puasa
dan pantang, dibina ke arah cita-rasa tobat yang sejati.
§
Kan. 1253 – Konferensi para Uskup dapat
menentukan dengan lebih rinci pelaksanaan puasa dan pantang;
dan juga dapat mengganti-kan seluruhnya atau sebagian wajib puasa dan pantang
itu dengan bentuk-bentuk tobat lain, terutama dengan karya amal-kasih serta
latihan-latihan rohani.
Memang sesuai dari
yang kita ketahui, ketentuan dari Konferensi para Uskup di Indonesia menetapkan
selanjutnya :
§
Hari Puasa dilangsungkan pada hari Rabu Abu dan Jumat Agung. Hari
Pantang dilangsungkan pada hari Rabu Abu dan tujuh Jumat selama Masa Prapaska
sampai dengan Jumat Agung.
§
Yang wajib berpuasa ialah
semua orang Katolik yang berusia 18 tahun sampai awal tahun
ke-60. Yang wajib berpantang ialah
semua orang Katolik yang berusia genap 14 tahun ke atas.
§
Puasa (dalam arti yuridis) berarti makan kenyang hanya sekali sehari. Pantang (dalam arti yuridis) berarti memilih pantang daging, atau ikan atau garam, atau jajan atau rokok.
Bila dikehendaki masih bisa menambah sendiri puasa dan pantang
secara pribadi, tanpa dibebani dengan dosa bila melanggarnya.
Maka penerapannya
adalah:
1.
Kita berpantang setiap hari Jumat sepanjang tahun (contoh:
pantang daging, pantang rokok dll) kecuali jika hari Jumat itu jatuh pada hari
raya, seperti dalam oktaf masa Natal dan oktaf masa Paskah. Penetapan pantang
setiap Jumat ini adalah karena Gereja menentukan hari Jumat sepanjang tahun
(kecuali yang jatuh di hari raya) adalah hari tobat. Namun, jika kita mau
melakukan yang lebih, silakan berpantang setiap hari selama Masa Prapaska.
2.
Jika kita berpantang, pilihlah makanan/ minuman yang
paling kita sukai. Pantang daging adalah contohnya, atau yang lebih sukar
mungkin pantang garam. Tapi ini bisa juga berarti pantang minum kopi bagi orang
yang suka sekali kopi, dan pantang sambal bagi mereka yang sangat suka sambal,
pantang rokok bagi mereka yang merokok, pantang jajan bagi mereka yang suka
jajan. Jadi jika kita pada dasarnya tidak suka jajan, jangan memilih pantang
jajan, sebab itu tidak ada artinya.
3.
Pantang tidak terbatas hanya makanan, namun pantang
makanan dapat dianggap sebagai hal yang paling mendasar dan dapat dilakukan
oleh semua orang. Namun jika satu dan lain hal tidak dapat dilakukan, terdapat
pilihan lain, seperti pantang kebiasaan yang paling mengikat, seperti pantang
nonton TV, pantang ’shopping’, pantang ke bioskop, pantang ‘gossip’, pantang
main ‘game’ dll. Jika memungkinkan tentu kita dapat melakukan gabungan antara
pantang makanan/ minuman dan pantang kebiasaan ini.
4.
Puasa minimal dalam setahun adalah Hari Rabu
Abu dan Jumat Agung, namun bagi yang dapat melakukan lebih, silakan juga
berpuasa dalam ketujuh hari Jumat dalam masa Prapaska (atau bahkan setiap hari
dalam masa Prapaska).
5.
Waktu berpuasa, kita makan kenyang satu kali, dapat dipilih
sendiri pagi, siang atau malam.Harap dibedakan makan kenyang dengan makan
sekenyang-kenyangnya. Karena maksud berpantang juga adalah untuk
melatih pengendalian diri, maka jika kita berbuka puasa/ pada saat makan
kenyang, kita juga tetap makan seperti biasa, tidak berlebihan. Juga makan
kenyang satu kali sehari bukan berarti kita boleh makan snack/ cemilan
berkali-kali sehari. Ingatlah tolok ukurnya adalah pengendalian diri dan
keinginan untuk turut merasakan sedikit penderitaan Yesus, dan mempersatukan
pengorbanan kita dengan pengorbanan Yesus di kayu salib demi keselamatan dunia.
6.
Maka pada saat kita berpuasa, kita dapat mendoakan untuk
pertobatan seseorang, atau mohon pengampunan atas dosa kita. Doa-doa
seperti inilah yang sebaiknya mendahului puasa, kita ucapkan di tengah-tengah
kita berpuasa, terutama saat kita merasa haus/ lapar, dan doa ini pula yang
menutup puasa kita/ sesaat sebelum kita makan. Di sela-sela kesibukan
sehari-hari kita dapat mengucapkan doa sederhana, “Ampunilah aku, ya Tuhan. Aku
mengasihi-Mu, Tuhan Yesus. Mohon selamatkanlah …..” (sebutkan nama orang yang
kita kasihi)
7.
Karena yang ditetapkan di sini adalah syarat minimal, maka
kita sendiri boleh menambahkannya sesuai dengan kekuatan kita. Jadi boleh
saja kita berpuasa dari pagi sampai siang, atau sampai sore, atau bagi yang
memang dapat melakukannya, sampai satu hari penuh. Juga tidak menjadi masalah,
puasa sama sekali tidak makan dan minum atau minum sedikit air. Diperlukan
kebijaksanaan sendiri (prudence) untuk memutuskan hal ini, yaitu
seberapa banyak kita mau menyatakan kasih kita kepada Yesus dengan berpuasa,
dan seberapa jauh itu memungkinkan dengan kondisi tubuh kita. Walaupun tentu,
jika kita terlalu banyak ‘excuse’ ya berarti kita perlu mempertanyakan kembali,
sejauh mana kita mengasihi Yesus dan mau sedikit berkorban demi mendoakan
keselamatan dunia.
Demikian ulasan
mengenai pantang dan puasa menurut ketentuan Gereja Katolik. Semoga bermanfaat.
Sumber: http://katolisitas.org/1914/berpuasa-dan-berpantang-menurut-gereja-katolik
Langganan:
Postingan (Atom)