(Disarikan
dari : Institutio Generalis de Liturgia Horarum – Konggregasi Ibadat,
Roma 2 Pebruari 1971 – diindonesiakan oleh PWI – Liturgi “Pedoman Ibadat
Harian” – Bab V)
1. Selintas Susunan Doa Ibadat Harian
Semua
Ibadat Harian, diawali dengan seruan mazmur 69/70: 2 : “Ya Allah
bersegeralah menolong Aku…..” – Kecuali dalam Ibadat Pembukaan (bisa
Ibadat Bacaan atau Ibadat Pagi) yang diawali dengan seruan : ”Ya Tuhan
sudilah membuka hatiku – supaya mulutku mewartakan pujianMu.” (Mzm
50/51: 17) – dilanjutkan dengan antiphone dan mazmur pembukaan (biasanya
mazmur 94/95).
Selanjutnya dilagukan madah
dan pendarasan mazmur. Kemudian diikuti dengan pembacaan Kitab Suci dan
disambut dengan sebuah seruan lagu singkat. Komponen-komponen lainnya
tergantung kepada masing-masing Ibadat yang dirayakan. Dan dalam tiap
ibadat, mazmur diawali dan diakhir dengan sebuah antiphone dan ditutup
dengan doxology (kemuliaan).
2. Petugas & Sikap Liturgi dalam Ibadat Harian
- Setiap perayaan umat, sebaiknya dipimpin oleh imam atau diakon dan didampingi para petugas lainnya.
-
Imam atau diakon yang memimpin bertugas membuka ofisi dengan ayat
pembukaan, memulai Bapa Kami, mengucapkan doa penutup, memberi salam
kepada umat, memberi berkat dan membubarkan umat. Semua ini dilakukan di
tempat duduknya
- Doa-doa permohonan dapat dilakukan oleh imam atau petugas lain
-
Apabila tidak ada imam atau diakon yang memimpin, pemimpin ofisi
menduduki tempat pertama, tetapi sejajar dengan hadirin lainnya. Ia
tidak memasuki ruang imam, tidak memberi salam dan juga tidak memberkati
umat.
- Petugas bacaan membawakan dengan berdiri di tempat yang sesuai
- Semua peserta berdiri saat :
• Pembukaan Ofisi
• Madah
• Kidung dari Injil
• Doa permohonan, Bapa Kami dan doa penutup.
- Semua peserta duduk waktu bacaan-bacaan, kecuali bacaan dari Injil
- Waktu mazmur, kidung dan antifon semua duduk atau berdiri tergantung kebiasaan.
3. Tanda Salib
Dalam
Ibadat Harian, tanda Salib tidak dilakukan secara harafiah – dalam arti
dengan kata-kata “dalam nama Bapa, dst…”. Tanda salib dilakukan
bersamaan dengan seruan pembukaan :
- Ibadat Pembuka : “Ya Tuhan
sudilah membuka hatiku…..” pada saat bersamaan semua peserta membuat
tanda salib kecil di dahi, mulut dan di dada.
- Pembukaan Ibadat
Harian yang lain : “Ya Allah bersegeralah menolong aku….dst” pada saat
bersamaan semua peserta membuat tanda salib besar seperti biasanya.
Selain
itu tanda salib besar juga dilakukan saat Kidung Zakharia, Kidung Maria
dan Kidung Simeon – serta pada saat berkat penutup.
4. Pendarasan Mazmur & Bahasa
-
Cara pendarasan mazmur tergantung pada pelbagai pertimbangan, misal
dari jenis sastra dan panjangnya mazmur, bahasa yang dipakai, jumlah
peserta, dan sebagainya.
- Beberapa pendarasan mazmur :
• Didaraskan bersama-sama seluruh hadirin
• Bergantian antara koor dan umat
• Bersahut-sahutan (responsorial) antara umat atau umat dan petugas
-
Pada awal mazmur selalu diucapkan antiphon dan pada akhir mazmur
ditambahkan “Kemuliaan…. Seperti…” sebagaimana dianjurkan oleh tradisi.
Dengan demikian doa Perjanjian Lama diberi nada pujian dan dihubungkan
dengan misteri Kristus dan Tritunggal Maha Kudus.
Setelah pendarasan mazmur sebaiknya antiphon diulangi
- Saat hening diantara bagian-bagian mazmur juga sangat dianjurkan sebagai nada sela menghayati apa yang baru didaraskan.
-
Dalam perayaan Ibadat Harian, nyanyian tidak boleh dianggap sebagai
hiasan atau tambahan belaka. Nyanyian merupakan luapan hati orang yang
berdoa dan memuji Allah serta mewujudkan kebersamaan ibadat Kristen
dengan sempurna.
- Dalam upacara liturgi yang dinyanyikan dalam
bahasa Latin, nyanyian Gregorian sebagai nyanyian khas liturgi Roma,
harus diutamakan, kecuali jika ada pertimbangan lain (SC 116)
- Tidak
ada jenis musik suci yang ditolak Gereja untuk upacara liturgi, asal
selaras dengan semangat upacara liturgi tersebut dan hakikat
masing-masing bagiannya dan tidak menghalangi umat untuk ikut berperan
serta secara aktif. (MS9 – lih SC 116)
- Ibadat Harian dapat
dirayakan dengan bahasa lokal/setempat, “maka hendaknya diciptakan
lagu-lagu untuk nyanyian ofisi dalam bahasa lokal” (MS 41 – lih juga
54-61)
- Tidak ada keberatan bahwa bagian yang satu dinyanyikan dalam bahasa yang berbeda dengan bagian lain (MS 51)
Tradisi-tradisi Lain
Dalam
beberapa biara atau komunitas religius terdapat tradisi yang patut pula
kita pelihara dan ikuti, misalkan tradisi membungkukkan badan dengan
khitmat saat pengucapan Kemuliaan kepada Tritunggal Maha Kudus – dalam
mendoakan bait terakhir Madah yang bernada Trinitarian, serta di saat
mengucapkan kata “Yesus” (misal dalam antiphone Ratu Surga dalam
kompletorium)
Kewajiban Mendoakan Ibadat Harian
Dalam
Gereja Katolik, praktek ibadat harian dilakukan oleh para imam, diakon
dan komunitas-komunitas religius di dalam Gereja. Meski demikian,
Konsili Vatikan II (dan anjuran-anjuran setelahnya) juga sangat
mendorong bagi para awam secara pribadi maupun bersama-sama menjalankan
doa Gereja ini :
- “…. Dianjurkan agar para awam pun mendaras Ibadat
Harian, entah bersama imam, entah antar mereka sendiri, atau bahkan
secara perorangan.” (SC100)
- “Menurut asal-usul dan hakikatnya,
ibadat harian bukanlah milik khusus para rohaniwan dan rahib saja,
melainkan milik umum seluruh umat Kristen” dan atas dasar konstitusi dan
peraturan diangkat menjadi “doa resmi Gereja” (Pedoman Ibadat Harian,
No.270).
Ibadat Harian bukanlah peninggalan indah masa lalu yang
harus dipelihara untuk dikagumi, melainkan gejala hidup umat setempat,
penuh daya pembaharuan, pertumbuhan dan kesegaran. Tradisi suci ini
perlu kita kembangkan di kalangan hidup rohani umat yang, dewasa ini
dibingungkan dengan munculnya aneka devosi atau kegiatan latihan rohani
yang relatif baru.
Dalam pelaksanaan ibadat Harian dikalangan
umat, yang terpenting ialah jangan sampai perayaan itu menjadi kaku dan
dibuat-buat, atau merupakan rutinitas dan formalisme belaka. Jadi harus
diusahakan supaya perayaan itu sungguh berarti. Sebab maksud ibadat
harian ialah pertama-tama membentuk hati dengan semangat doa Gereja yang
asli dan menimba kekuatan serta kenikmatan dari pujian Allah (Mzm
146/147).
Sumber : http://parokisalibsuci.org/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar