Yang dipersatukan oleh Allah, tidak boleh diceraikan oleh manusia.
Suami-isteri yang saling bertikai apalagi membunuh pasangannya,
menghukum dirinya sendiri karena menyangkal hakikat Sang Maha Cinta.
- – - – - -
Seorang pria dan kekasihnya menikah dan acara pernikahannya sungguh
megah. Semua kawan dan anggota keluarga mereka hadir menyaksikan dan
menikmati hari yang berbahagia tersebut. Suatu acara yang luar biasa
mengesankan.
Mempelai wanita begitu anggun dalam gaun putihnya dan pengantin pria
dalam tuxedo hitam yang gagah. Setiap pasang mata yang memandang setuju
mengatakan bahwa mereka sungguh-sungguh saling mencintai.
Beberapa bulan kemudian, sang istri berkata kepada suaminya, “Sayang,
aku baru membaca sebuah artikel di majalah tentang bagaimana memperkuat
tali pernikahan” katanya sambil menyodorkan majalah tersebut.
“Masing-masing kita akan mencatat hal-hal yang kurang kita sukai dari
pasangan kita. Kemudian, kita akan membahas bagaimana mengubah hal-hal
tersebut dan membuat hidup pernikahan kita bersama lebih bahagia …”
Suaminya setuju dan mereka mulai memikirkan hal-hal dari pasangannya
yang tidak mereka sukai dan berjanji tidak akan tersinggung ketika
pasangannya mencatat hal-hal yang kurang baik sebab hal tersebut untuk
kebaikkan mereka bersama. Malam itu mereka sepakat untuk berpisah kamar
dan mencatat apa yang terlintas dalam benak mereka masing-masing.
Pagi harinya, ketika sarapan, mereka siap mendiskusikannya. “Aku akan
mulai duluan ya”, kata sang istri. Ia lalu mengeluarkan daftarnya.
Banyak sekali yang ditulisnya, sekitar 3 halaman …. Ketika ia mulai
membacakan satu persatu hal yang tidak disukai dari suaminya, ia
memperhatikan bahwa airmata suaminya mulai mengalir ….
“Maaf, apakah aku harus berhenti?” tanyanya. “Oh tidak, lanjutkan …”
jawab suaminya. Lalu sang istri melanjutkan membacakan semua yang
terdaftar, lalu kembali melipat kertasnya dengan manis di atas meja dan
berkata dengan bahagia. “Sekarang gantian ya, engkau yang membacakan
daftarmu”.
Dengan suara perlahan suaminya membuka lipatan kertasnya yang kosong
putih bersih lalu berkata “Aku tidak mencatat sesuatu pun di kertasku.
Aku berpikir bahwa engkau sudah sempurna, dan aku tidak ingin
mengubahmu. Engkau adalah dirimu sendiri. Engkau cantik dan baik bagiku.
Tidak satu pun dari pribadimu yang kudapati kurang ….
Sang istri tersentak terdiam beberapa saat sebelum memeluk sang
suami. Mereka larut dalam haru. Suatu pembaharuan janji perkawinan telah
tercipta lagi pagi itu.
Mengapa harus menghabiskan waktu memikirkan sisi yang buruk,
mengecewakan, dan menyakitkan jika kita bisa menemukan banyak hal-hal
yang indah?
(Anonim)
Sumber : http://rohani.beranimaju.com/category/cerita-inspiratif/page/1/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar