H O M I L I
Mgr F.X Hadisumarta O.Carm
MINGGU BIASA III/B/2012
Yun 1:1-5.10 1Kor 7:29-31 Mrk 1:14-20
PENGANTAR
Dalam perjalanan hidup kita untuk memasuki Tahun Baru ini, hari
ini Gereja mengajak kita mendengarkan bacaan Nabi Yunus, surat Paulus
dan Injil Markus yang pendek namun mendalam isinya dan sangat urgen
pelaksanaannya. Secara singkat, kita semua diajak “sungguh bertobat” dan
hidup menurut ajaran Yesus seperti tercantum dalam Injil-Nya. Yesus
berkata: “Bertobatlah dan percayalah kepada Injil”. “Mari, ikutilah
Aku!” Apa arti pertobatan dan hidup dengan percaya kepada Injil itu bagi
kita?
HOMILI
Sesudah mengatakan
“bertobatlah dan percayalah kepada Injil”, Yesus berjalan menyusur
pantai Danau Galilea. Dan Ia memanggil beberapa orang murid, yang sedang
bekerja, namun mereka langsung mengikuti Dia. Pesan apa ingin
disampaikan Injil Markus kepada kita dalam ceritera itu?
Pertama
bertobat. Bertobat berarti mengadakan perubahan, transformasi diri
total, dari kebiasaan hidup sebagai manusia lama menjadi manusia baru.
Secara baru artinya berpikir, bersikap dan berbuat secara lain, yaitu
hidup dan berbuat tidak hanya memikirkan diri sendiri, tetapi juga
memperhatikan kepentingan orang lain.
Contohnya
dalam Bac.I: Yunus dalam Perjanjian Lama: ia berani mengajak penduduk
Ninive, sebagai kota besar dengan banyak penduduknya yang berbuat jahat.
Dalam Bac.II: Paulus dalam Peranjian Baru mengajak umat di Korintus
supaya jangan memutlakkan keinginan dan kenikmatan duniawi, sebab itu
hanya sementara, dan harus memperhatikan pula kebutuhan kelak dalam
hidup abadi. Bagi kita sekarang ini bertobat bukanlah sekadar menyesali
perbuatan atau sikap jahat (berdosa) untuk sementara. Bertobat adalah
suatu keputusan mendasar (definitif) untuk berjerih-payah mengubah diri
pribadi. Itu berarti sungguh-sungguh mau mengatur hidup menurut ajaran
dan teladan Yesus Kristus. Itulah sebenarnya yang disebut bertobat.
Memang tidak mungkin pertobatan itu diperoleh secara mendadak. Pasti tak
mungkin siapapun dapat mengalahkan dirinya sendiri sekali jadi. Para
rasul, murid-murid Yesus, sendiripun, yang mengikuti Dia mengalami
perjuangan pertobatan itu bertahun-tahun.
Kedua
mengikuti Yesus. Mengikuti Yesus bukan berarti sekadar menemani Dia
dalam perjalanan-Nya, mendengarkan pewartaan-Nya dan hanya melihat apa
yang dilakukan-Nya. Mengikuti Yesus berarti terutama memahami dan
bertekad untuk juga berbuat seperti diajarkan dan dilakukan oleh Dia.
Yang paling menyolok dalam ajaran, sikap dan perbuatan
Yesus seperti disaksikan murid-murid-Nya ialah mewartakan dan mendirikan
dunia baru, yang disebut-Nya Kerajaan Allah. Apakah Kerajaan baru itu?
Sikap, kata-kata dan perbuatan yang dilakukan Yesus selama hidup-Nya, -
itulah Kerajaan Allah! Ia menyingkirkan segala hambatan, halangan,
pertentangan, tembok-tembok, yang memisahkan umat manusia satu sama
lain. Yang menyolok ialah, bahwa Ia bukan datang sebagai orang besar,
“orang gede”, orang berkuasa, menghukum orang lemah dan kecil.
Sebaliknya Ia mencari mereka itu untuk menolongnya, dan dengan sederhana
namun nyata dan jelas menawarkan pertolongan-Nya. Kepada segenap
golongan atau kelompok yang saling bermusuhan atau bertentangan, karena
perbedaan pandangan, keyakinan keagamaan, kedudukan, ataupun suku atau
kebangsaan, - kepada mereka itu Yesus datang, dan tanpa paksa
mena-warkan perdamaian dalam persaudaraan. Yesus tidak menyingkirkan
status atau kedudukan setiap orang dalam masyarakat yang memang harus
dimilikinya, tetapi Ia menghendaki agar mereka itu - kita semua - saling
menghormati dan mengasihi sebagai putera-puteri Allah yang sama
marta-batnya, sebagai saudara satu sama lain.
Bagi kita terutama sebagai orang kristiani, apabila ingin mengikuti
Yesus secara sungguh-sungguh, harus mau datang bersama-sama mengelilingi
meja makan Ekaristi yang satu dan sama untuk bersatu dengan Dia. Tetapi
hanya orang yang tahu dan mau saling menganggap sesamanya sebagai
semartabat sebagai murid Yesus, akan pantas disebut sebagai orang yang
sungguh bertobat, percaya kepada Injil, dan karena itu pantas menerima
Ekaristi, yaitu bersatu dengan Yesus Kristus dan sesama.
Keduabelas rasul adalah teladan bagi kita: mereka mendengarkan
panggilan Yesus, dan kemudian konsekuen mengikuti Dia, bahkan kecuali
Yohanes mereka rela mengorbankan hidup bagi Dia.
sumber : Iman Katolik
Tidak ada komentar:
Posting Komentar