Luka batin sering kali dialami 
manusia. Rasa sakit hati yang mendalam pada seseorang yang berlangsung 
berbulan-bulan atau bertahun-tahun yang tidak mudah disembuhkan segera, 
itulah luka batin. 
Seorang anak yang tidak dicintai 
sejak kecil dan diperlakukan tidak baik, bisa mengalami luka batin 
sampai dia menua. Luka batin berakibat buruk pada hidup manusia, 
termasuk pada emosi, harga diri dan cara seseorang menyikapi masalah. 
Kendati demikian luka batin bukan 
berarti tidak bisa disembuhkan. Metode yang paling tepat untuk 
menyembuhkan luka batin adalah dengan berbicara pada Tuhan. 
Demikian diungkapkan President Pastoral Counseling Center Keuskuoan Bogor Pastor RD Alfons Sebatu , PhD dalam seminar bertajuk Penyembuhan Luka Batin dengan Metode Talk to God yang berlangsung di Gedung Pusat Pastoral Keuskupan Bogor, Jawa Barat, Kamis (6/6).
“Datanglah dan ungkapkanlah isi hati
 dan luka batin kita pada Tuhan Yesus, karena Ia adalah penyembuh luka 
batin. Kalau kita percaya  maka kita akan disembuhkan,” kata Pastor 
Alfons. 
Dipaparkan, kita perlu belajar dari 
keluarga Kudus Nazareth (Yesus, Maria, dan Yosef) yang telah banyak 
menderita luka batin, namun tetap kuat menghadapi semuanya. Sewaktu 
Yesus lahir, Yosef dan Maria sudah dikejar-kejar dan bayinya mau 
dibunuh. Dalam perjalanan hidupnya, Yosef sempat lari ke Mesir 
menghindari ancaman. Begitu pula dengan  Maria, hampir seluruh hidupnya 
menderita. 
“Sejak Yesus lahir hingga wafat di kayu salib Maria ikut merasakan luka batin itu, hingga dikenal dengan tujuh kedukaan Maria (Seven Suffer).
 Sementara Yesus bukan hanya mengalami ketidakadilan, pengkhianatan dari
 orang-orang terdekatnya, tapi Dia juga kerap diancam untuk dibunuh,” 
papar  Alfons. 
Yesus sendiri pernah ingin 
menghindar dari penderitaan dengan berkata, ”Kalau bisa piala ini 
berlalu dari pada-Ku,”. Itu artinya, kata Pastor Alfons, Yesus tahu 
kalau dia akan menderita dan tak ingin menderita, namun pada akhirnya 
dia menyerahkan semuanya itu pada Tuhan dengan berkata, “Tapi bukan 
kehendak-Ku yang jadi, melainkan kehendak-Mu.”
Pastor Alfons mengajak sekitar 600 
peserta yang hadir untuk menggunakan metode  berbicara dengan Tuhan 
dalam menyembuhkan luka batin, baik untuk diri sendiri maupun orang lain
 (konseli). Metode itu diambil dari cerita Injil Sinoptik tentang 
keadaan hati Yesus yang sangat sedih di Taman Getsemani. Metode ini 
diawali dengan “berada sendirian”. Yesus saat itu memisahkan diri dari 
para murid-Nya untuk berdoa. Melalui doa, Yesus berkonsultasi dengan 
Bapa Surgawi. Kepada Bapa-Nya, Dia mengungkapkan kesedihan dan 
kegelisahan hati-Nya yang mendalam.
Rasakan Kembali
Pastor Alfons mengajak mereka yang 
menderita luka batin untuk merasakan kembali situasi yang membuat mereka
 mengalami luka batin. “Siapa yang menyebabkan kita luka batin, apa 
penyebabnya, di mana situasi itu berlangsung dan kapan, serta bagaimana 
kejadiannya. Rasakan semuanya dan hidupkan kembali perasaan itu,” 
katanya. 
Setelah itu bicaralah pada Yesus, 
“Yesus hari ini hati saya merasa sakit, dan ceritakan semuanya itu,” 
sambungnya. Setelah itu kita bisa bertemu kembali dengan orang yang 
telah melukai hati kita, namun sudah ada Yesus yang menguasai hati kita.
 
Setelah itu dilanjutkan dengan doa 
penyembuhan luka batin dan ucapan syukur pada Tuhan. Kepada para konseli
 (orang yang mengalami luka batin) sebelumnya juga dianjurkan untuk 
relaksasi dan membayangkan kehadiran Yesus yang mendamaikan. Kemudian 
biarkan konseli bercerita. Bila konseli sudah tenang, kata Pastor 
Alfons, katakan hal-hal berikut,” Teruslah berada di hadapan Yesus. 
Rasakan kenyamanan di hadapan-Nya. Mohonlah kepada-Nya untuk 
menyembuhkan luka-luka hati Anda. Mintalah juga kepada-Nya karunia untuk
 mau mengampuni dan agar tabah, sehingga Anda dapat menerima dengan baik
 mereka yang menyakiti Anda. Mintalah kepada-Nya agar meneruskan proses 
penyembuhan itu dalam diri Anda.” 
SUMBER:  http://www.sanmardepok.com/?p=906
Tidak ada komentar:
Posting Komentar