Kamera 1

Sabtu, 28 Januari 2012

Nikita - Betapa Hatiku

Bahasa Cinta

Ajarilah Kami, Tuhan, Bahasa Cinta Kasih

Kau yang Terindah-Lex's Trio

Berhembuslah Roh Kudus - Disciples

MenyenangkanMu

Pribadi yang Mengenal Hatiku

Bagai Rajawali by Franky Sihombing

SABTU, 28 Januari: ''ALLAH YANG HIDUP'' (Mrk 4:35-41)


Pw. St. Thomas Aquinas, ImPujG.

Amukan taufan dan ombak membuat para Murid sangat takut dan panik.
Namun dalam ketakutan dan kepanikan itu, mereka membangunkan Yesus, mereka tahu kepada siapa harus mengadu dan minta pertolongan.

Ketakutan para Murid terjadi, sesungguhnya karena mereka belum mengenal siapa Yesus yang sebenarnya.
Mereka belum menyadari bahwa Yesus adalah Allah yang hidup.
Hal ini bisa kita lihat dari perkataan mereka setelah Yesus membuat angin ribut reda dan danau menjadi teduh.

Sahabat...
Kita pun sering mengalami badai kehidupan.
Persoalan pergumulan hidup kadang membuat kita menjadi goyah dan ragu akan Allah.
Terkadang kita merasa bahwa Allah itu jauh dan tidak lagi peduli dengan kita.
Tak jarang karena rasa kecewa, bahkan ada yang memilih untuk menjauh dari-Nya.
Padahal sesungguhnya Allah beserta kita dahulu-sekarang-dan untuk selamanya.
Dan justru, pada saat terjadi pergumulan, bukankah di saat itu sebenarnya kita harus bersegera dtg memohon pertolongan-Nya, bukan malah pergi menjauh?
Ia tidak pernah jauh dari kita. Ia senantiasa ada dan menanti kedatangan kita.

Yang Allah inginkan dari KITA hanyalah:
AGAR KITA MAU PERCAYA DAN SELALU BERPEGANG TEGUH KEPADA-NYA.

DO I BILIEVE???

Kamis, 26 Januari 2012

SAAT TEDUH PRIBADI

Baca: Matius 14:13-23

Setelah orang banyak itu disuruh-Nya pulang, Yesus naik ke atas bukit untuk berdoa seorang diri. Ketika hari sudah malam, Ia sendirian di situ. —Matius 14:23

Seorang teman menceritakan kepada saya tentang retret kepemimpinan di gerejanya. Selama dua hari, para pemimpin gereja menarik diri dari aktivitas sehari-hari dan menyediakan waktu untuk berdoa, membuat rencana, dan menyembah. Teman saya ini tidak hanya disegarkan, tetapi juga dikuatkan melalui retret tersebut. Ia berkata, ”Retret ini sangat menolong kami untuk melangkah maju dalam pelayanan gereja.”

Bagi saya, ini terdengar sebagai hal yang menggelikan karena kita perlu melangkah mundur dengan mengikuti retret supaya dapat melangkah maju. Namun, itu memang benar. Kadang-kadang kita harus menarik diri dan menata ulang diri kita sebelum kita dapat membuat kemajuan yang berarti. Hal ini diperlukan khususnya ketika menyangkut hubungan kita dengan Allah.

Yesus sendiri pernah “menarik diri” dari keramaian. Setelah seharian disibukkan dengan pelayanan di wilayah Galilea, Dia menarik diri. Matius 14:23 menceritakan, “Setelah orang banyak itu disuruh-Nya pulang, Yesus naik ke atas bukit untuk berdoa seorang diri. Ketika hari sudah malam, Ia sendirian di situ.” Saat teduh pribadi bersama Bapa.

Dunia yang serba cepat dan maju ini, sangat mudah membuat kita kelelahan—menekan kita untuk terus maju dan melangkah dengan segala daya yang kita miliki. Bahkan dalam kerinduan kita untuk menjadi orang Kristen yang efektif, kita harus secara konsisten menarik diri untuk menyediakan waktu dalam hadirat Allah. Hanya dengan mengalami penyegaran oleh kekuatan-Nya, kita menemukan dorongan untuk melangkah maju dalam pelayanan kita kepada-Nya. Bersekutulah secara pribadi dalam Yesus sebelum mengambil langkah maju. —WEC

Untuk menghadapi hidup yang penuh tantangan

Dan mengatasi setiap ujian,

Allah meminta kita untuk menyediakan waktu

Untuk berhenti. Untuk berdoa. Untuk beristirahat. —Sper

Saat teduh pribadi dengan Bapa adalah satu-satunya tempat menemukan kekuatan untuk terus melangkah.

Sumber : Santapan Rohani

Langkah Siput

Baca: Roma 5:1-5 

Kesengsaraan menimbulkan ketekunan; dan ketekunan menimbulkan tahan uji; dan tahan uji menimbulkan pengharapan. —Roma 5:3-4


Salah satu ingatan masa kanak-kanak saya adalah menyaksikan siput di taman bunga di halaman belakang rumah kami. Saya terpesona pada mahkluk kecil ini dengan cangkang, perut kecil langsing, dan mata kecilnya yang bergerak-gerak seperti periskop. Namun, yang membuatnya terlihat unik adalah begitu lambannya siput ini bergerak.

Seberapa lamban seekor siput bergerak? Sebuah studi mencatat bahwa kecepatan seekor siput adalah 0,012 km per jam—atau 12 m dalam satu jam. Tidaklah mengherankan jika kita menggunakan istilah jalannya seperti siput yang berarti “lamban”.

Walaupun seekor siput bergerak sangat lamban, tetapi satu kelebihan yang dimilikinya adalah ketekunan. Seorang pengkotbah besar di abad 19, Charles Spurgeon, dengan humoris menyatakan, “Dengan ketekunan, seekor siput dapat mencapai bahtera (Nuh).”

Menurut Rasul Paulus, ketekunan adalah komponen kunci dalam pengembangan karakter. Paulus menjelaskan bahwa “kesengsaraan menimbulkan ketekunan” (Rm. 5:3). Dan di atas dasar inilah terbentuklah karakter dan pengharapan (ay.4). Kata Yunani yang kemudian diterjemahkan menjadi “ketekunan” mempunyai arti “ketabahan, konsisten, dan ketahanan.” Kata ini menunjuk kepada orang-orang percaya yang bertahan dalam perjalanan iman mereka walaupun melewati banyak pencobaan yang menyakitkan.

Apakah kemerosotan memperlambat Anda sehingga membuat Anda melangkah seperti siput? Kuatkan hati Anda. Allah tidak mengharapkan penyelesaian yang cepat. Allah mengharapkan ketekunan yang bertumbuh. —HDF

Ketika pencobaan telah memperlambat hidup kita,

Sangat mudah rasanya bagi kita untuk menyerah;

Tetapi dengan ketekunan, kita akan bisa mengatasi masalah,

Teruslah melangkah—dengan Kristus kita dapat menang. —Branon
Pencapaian yang besar membutuhkan ketekunan yang besar.

Daftar Kekhawatiran

Baca: Matius 6:25-34

Janganlah kuatir akan hari esok. —Matius 6:34


Saya mengkhawatirkan beberapa hal ketika saya sedang duduk di dalam mobil di bawah kerindangan pohon pada waktu makan siang. Lalu, seekor burung murai, dengan cacing gemuk yang menggeliat-geliat di paruhnya, hinggap di dekat jendela mobil dan memandang saya. Murai ini menjadi pengingat yang nyata untuk saya tentang perkataan Yesus di Matius 6:25-26, “Janganlah kuatir akan hidupmu . . . Pandanglah burung-burung di langit, yang tidak menabur dan tidak menuai dan tidak mengumpulkan bekal dalam lumbung, namun diberi makan oleh Bapamu di sorga. Bukankah kamu jauh melebihi burung-burung itu?”

Beberapa tahun lalu, di sebuah artikel majalah Focal Point terbitan Denver Seminary, Paul Borden memberikan beberapa saran yang berguna untuk mereka yang sering khawatir:

Buatlah daftar kekhawatiran. Tuliskan apa saja yang Anda khawatirkan. Tagihan, pekerjaan, anak-anak atau para cucu, kesehatan, masa depan Anda.

Ubahlah daftar kekhawatiran Anda menjadi daftar doa. Mintalah Tuhan bekerja dalam situasi yang Anda pergumulkan. Berdoalah secara khusus untuk segala kebutuhan Anda dan bersandarlah kepada-Nya.

Ubahlah daftar doa Anda menjadi daftar tindakan. Jika Anda mempunyai wasasan bahwa ada sesuatu yang dapat Anda lakukan sehubungan dengan masalah Anda, lakukanlah. Ketika kita mengubah kekhawatiran kita menjadi doa dan tindakan, Borden mengatakan, “Kekhawatiran yang melumpuhkan dapat digantikan dengan kepedulian terhadap tanggung jawab kehidupan.”

Mengapa tidak segera membuat daftar kita sekarang? —AMC

Jangan resahkan masa depan

Atau dikuasai oleh banyak kebutuhan;

Alih-alih serahkan semua kekhawatiran

Dan ubahlah kekhawatiran itu menjadi doa. —Sper
Hal yang kita doakan seharusnya merupakan hal yang kita perlukan.

Sumber : Santapan Rohani

Menghargai pasangan Kita

Menghargai pasangan Kita

Syalom semuanya, Saya mau membagikan sesuatu kepada Sahabat semuanya. Bagaimana pentingnya Kita menghargai pasangan dalam kehidupan kita,. Kadangkala kita tidak memperdulikan perasaan pasangan Kita, enta itu istri/suami, pacar kita atau siapa saja orang yang kita cintai, Kita memarahinya, bahkan ada juga yang menghajar/memukul, Oh Alangkah jahatnya jika seseorang melakukan seperti itu. Saya menuliskan ini tidak hanya sekedar saja, tetapi ada tuntunan dari Tuhan agar supaya saya menuliskan cacatan ini.
Bagaimana cara agar kita menghargai pasangan Kita, Kita harus melihat apa yang saat ini yang sedang dirasakan pasangan kita. Saat kita mau menyampaikan sesuatu entah itu masalah pekerjaan, sekolah, Rumah Tangga, dan lainnya, terlebih dahulu kita harus melihat isi hatinya, apakah dia sedang Gembira atau sedih. Mungkin dia disaat tertekan atau sedih, marilah kita menghibur dia dengan mengajak makan berduaan, jalan2 ketempat favorite pasangan kita. Hiburlah dia dan selalu memberikan kalimat yang mendorong dia agar tetap maju dan semangat. Dan terlebih penting saat pasangan kita hatinya sedih, Kita harus mendengar dan menghargai saat dia berbicara. Karena, banyak terjadi hal2 yang seperti pertengkaran, hanya karena alasan yang kecil, mungkin dia salah berbicara. Marilah menghargai pasangan Kita, Karena Tuhan berbicara manusia tidak baiknnya hidup dala kesendirian, dan anggaplah pasangan kita anugerah dari Tuhan, Karena pasangan kita itu sebagai penopang hidup kita semuanya. Demikian Bacaan untuk hari ini, Tuhan memberkati.


Salam Dalam Damai Kristus

Selasa, 24 Januari 2012

24 Januari : St. Fransiskus de Sales ia diberi gelar istimewa “Pujangga Gereja”. St. Fransiskus dijadikan pelindung para wartawan.

24 Januari : St. Fransiskus de Sales

ia diberi gelar istimewa “Pujangga Gereja”. St. Fransiskus dijadikan pelindung para wartawan.

Fransiskus dilahirkan di kastil keluarga de Sales di Savoy, Perancis, pada tanggal 21 Agustus 1567. Keluarganya yang kaya membekalinya dengan pendidikan yang tinggi. Pada usia duapuluh empat tahun, Fransiskus telah meraih gelar Doktor Hukum. Ia kembali ke Savoy dan hidup dengan bekerja keras. Tetapi, kelihatannya Fransiskus tidak tertarik pada kedudukan yang tinggi dalam masyarakat. Di hatinya, Fransiskus mendengar adanya suatu panggilan yang terus-menerus datang bagaikan sebuah gema. Tampaknya seperti suatu undangan dari Tuhan baginya untuk menjadi seorang imam. Pada akhirnya, Fransiskus berusaha menceritakan perjuangan batinnya itu kepada keluarga. Ayahnya amatlah kecewa. Ia ingin agar Fransiskus menjadi seorang yang tersohor di seluruh dunia. Dengan pengaruh kuat keluarga pastilah impian itu akan tercapai. Tetapi, Fransiskus bersikeras dan ditahbiskan imam pada tanggal 18 Desember 1593.

Pater Fransiskus de Sales hidup pada saat umat Kristiani dilanda perpecahan. Ia menawarkan diri untuk pergi ke daerah yang berbahaya di Perancis untuk membawa kembali orang-orang Katolik yang telah menjadi Protestan. Ayahnya menentang dengan keras. Ayahnya mengatakan bahwa sudah merupakan suatu hal yang buruk baginya mengijinkan Fransiskus menjadi seorang imam. Ia tidak akan mengijinkan Fransiskus pergi dan wafat sebagai martir pula. Tetapi, Fransiskus percaya bahwa Tuhan akan melindunginya. Maka ia dan sepupunya, Pater Louis de Sales, dengan berjalan kaki menempuh perjalanan ke daerah Chablais. Segera saja kedua imam tersebut merasakan bagaimana menderitanya hidup penuh hinaan serta aniaya fisik. Hidup mereka berdua senantiasa ada dalam bahaya. Namun demikian, sedikit demi sedikit, umat kembali ke pelukan Gereja.

St. Fransiskus kemudian diangkat menjadi Uskup Geneva, Swiss. Bersama St. Yohana Fransiska de Chantal, pada tahun 1610 ia membentuk suatu ordo religius bagi para biarawati yang diberi nama Serikat Visitasi. Fransiskus menulis buku-buku yang mengagumkan mengenai kehidupan rohani dan cara untuk menjadi kudus. Buku-bukunya, Tulisan tentang Kasih Allah dan Pengantar kepada Kehidupan Saleh, masih dicetak hingga sekarang. Buku-buku tersebut digolongkan sebagai buku-buku rohani “klasik”.

Uskup de Sales wafat pada tanggal 28 Desember 1622 dalam usia limapuluh enam tahun. Ia dinyatakan kudus oleh Paus Inosensius X pada tahun 1665. Oleh karena pengabdiannya yang gagah berani bagi Gereja, ia diberi gelar istimewa “Pujangga Gereja”. St. Fransiskus dijadikan pelindung para wartawan.

“Sama seperti kasih ilahi mempercantik jiwa, hal itu disebut rahmat, yang menjadikan kita menyenangkan bagi Allah yang Mahamulia. Demikanlah rahmat tersebut memperkuat kita untuk melakukan kebajikan, hal itu disebut belas kasih.” ~ St. Fransiskus dari Sales

Sumber : indocell.net/yesaya

SUB TUUM PRAESIDIUM

SUB TUUM PRAESIDIUM

Apakah ada doa yang lebih tua untuk Bunda Maria selain doa Salam Maria ? Ada!

Doa itu disebut Sub Tuum Praesidium. Doa ini sudah muncul pada abad ke III. Istimewanya doa itu adalah Bunda Maria sudah disebut "Bunda Allah" dalam bahasa latin doa itu sebagai berikut :

~ Sub tuum praesidium configimus
Sancta Dei Genitrix
Nostras deprecationes ne despicias in necessitatibus
Sed a periculis cunctis, libera nos semper
Virgo gloriosa et benecdita

Romo Wahyosudibyo menterjemahkan sebagai berikut :

~ Kami bernaung dibawah perlindunganmu,
Santa Bunda Allah
Jangan mengabaikan doa-doa kami
Selamatkanlah kami selalu dari marabahaya
Ya Bunda termulia dan terberkati.

~ Ave Maria ~

Minggu, 22 Januari 2012

H O M I L I Mgr F.X Hadisumarta O.Carm

H O M I L I
Mgr F.X Hadisumarta O.Carm

MINGGU BIASA III/B/2012

Yun 1:1-5.10 1Kor 7:29-31 Mrk 1:14-20


PENGANTAR
Dalam perjalanan hidup kita untuk memasuki Tahun Baru ini, hari ini Gereja mengajak kita mendengarkan bacaan Nabi Yunus, surat Paulus dan Injil Markus yang pendek namun mendalam isinya dan sangat urgen pelaksanaannya. Secara singkat, kita semua diajak “sungguh bertobat” dan hidup menurut ajaran Yesus seperti tercantum dalam Injil-Nya. Yesus berkata: “Bertobatlah dan percayalah kepada Injil”. “Mari, ikutilah Aku!” Apa arti pertobatan dan hidup dengan percaya kepada Injil itu bagi kita?

HOMILI
Sesudah mengatakan “bertobatlah dan percayalah kepada Injil”, Yesus berjalan menyusur pantai Danau Galilea. Dan Ia memanggil beberapa orang murid, yang sedang bekerja, namun mereka langsung mengikuti Dia. Pesan apa ingin disampaikan Injil Markus kepada kita dalam ceritera itu?
Pertama bertobat. Bertobat berarti mengadakan perubahan, transformasi diri total, dari kebiasaan hidup sebagai manusia lama menjadi manusia baru. Secara baru artinya berpikir, bersikap dan berbuat secara lain, yaitu hidup dan berbuat tidak hanya memikirkan diri sendiri, tetapi juga memperhatikan kepentingan orang lain.

Contohnya dalam Bac.I: Yunus dalam Perjanjian Lama: ia berani mengajak penduduk Ninive, sebagai kota besar dengan banyak penduduknya yang berbuat jahat. Dalam Bac.II: Paulus dalam Peranjian Baru mengajak umat di Korintus supaya jangan memutlakkan keinginan dan kenikmatan duniawi, sebab itu hanya sementara, dan harus memperhatikan pula kebutuhan kelak dalam hidup abadi. Bagi kita sekarang ini bertobat bukanlah sekadar menyesali perbuatan atau sikap jahat (berdosa) untuk sementara. Bertobat adalah suatu keputusan mendasar (definitif) untuk berjerih-payah mengubah diri pribadi. Itu berarti sungguh-sungguh mau mengatur hidup menurut ajaran dan teladan Yesus Kristus. Itulah sebenarnya yang disebut bertobat. Memang tidak mungkin pertobatan itu diperoleh secara mendadak. Pasti tak mungkin siapapun dapat mengalahkan dirinya sendiri sekali jadi. Para rasul, murid-murid Yesus, sendiripun, yang mengikuti Dia mengalami perjuangan pertobatan itu bertahun-tahun.

Kedua mengikuti Yesus. Mengikuti Yesus bukan berarti sekadar menemani Dia dalam perjalanan-Nya, mendengarkan pewartaan-Nya dan hanya melihat apa yang dilakukan-Nya. Mengikuti Yesus berarti terutama memahami dan bertekad untuk juga berbuat seperti diajarkan dan dilakukan oleh Dia.

Yang paling menyolok dalam ajaran, sikap dan perbuatan Yesus seperti disaksikan murid-murid-Nya ialah mewartakan dan mendirikan dunia baru, yang disebut-Nya Kerajaan Allah. Apakah Kerajaan baru itu? Sikap, kata-kata dan perbuatan yang dilakukan Yesus selama hidup-Nya, - itulah Kerajaan Allah! Ia menyingkirkan segala hambatan, halangan, pertentangan, tembok-tembok, yang memisahkan umat manusia satu sama lain. Yang menyolok ialah, bahwa Ia bukan datang sebagai orang besar, “orang gede”, orang berkuasa, menghukum orang lemah dan kecil. Sebaliknya Ia mencari mereka itu untuk menolongnya, dan dengan sederhana namun nyata dan jelas menawarkan pertolongan-Nya. Kepada segenap golongan atau kelompok yang saling bermusuhan atau bertentangan, karena perbedaan pandangan, keyakinan keagamaan, kedudukan, ataupun suku atau kebangsaan, - kepada mereka itu Yesus datang, dan tanpa paksa mena-warkan perdamaian dalam persaudaraan. Yesus tidak menyingkirkan status atau kedudukan setiap orang dalam masyarakat yang memang harus dimilikinya, tetapi Ia menghendaki agar mereka itu - kita semua - saling menghormati dan mengasihi sebagai putera-puteri Allah yang sama marta-batnya, sebagai saudara satu sama lain.

Bagi kita terutama sebagai orang kristiani, apabila ingin mengikuti Yesus secara sungguh-sungguh, harus mau datang bersama-sama mengelilingi meja makan Ekaristi yang satu dan sama untuk bersatu dengan Dia. Tetapi hanya orang yang tahu dan mau saling menganggap sesamanya sebagai semartabat sebagai murid Yesus, akan pantas disebut sebagai orang yang sungguh bertobat, percaya kepada Injil, dan karena itu pantas menerima Ekaristi, yaitu bersatu dengan Yesus Kristus dan sesama.

Keduabelas rasul adalah teladan bagi kita: mereka mendengarkan panggilan Yesus, dan kemudian konsekuen mengikuti Dia, bahkan kecuali Yohanes mereka rela mengorbankan hidup bagi Dia.

sumber : Iman Katolik