Kamera 1

Kamis, 26 Januari 2012

SAAT TEDUH PRIBADI

Baca: Matius 14:13-23

Setelah orang banyak itu disuruh-Nya pulang, Yesus naik ke atas bukit untuk berdoa seorang diri. Ketika hari sudah malam, Ia sendirian di situ. —Matius 14:23

Seorang teman menceritakan kepada saya tentang retret kepemimpinan di gerejanya. Selama dua hari, para pemimpin gereja menarik diri dari aktivitas sehari-hari dan menyediakan waktu untuk berdoa, membuat rencana, dan menyembah. Teman saya ini tidak hanya disegarkan, tetapi juga dikuatkan melalui retret tersebut. Ia berkata, ”Retret ini sangat menolong kami untuk melangkah maju dalam pelayanan gereja.”

Bagi saya, ini terdengar sebagai hal yang menggelikan karena kita perlu melangkah mundur dengan mengikuti retret supaya dapat melangkah maju. Namun, itu memang benar. Kadang-kadang kita harus menarik diri dan menata ulang diri kita sebelum kita dapat membuat kemajuan yang berarti. Hal ini diperlukan khususnya ketika menyangkut hubungan kita dengan Allah.

Yesus sendiri pernah “menarik diri” dari keramaian. Setelah seharian disibukkan dengan pelayanan di wilayah Galilea, Dia menarik diri. Matius 14:23 menceritakan, “Setelah orang banyak itu disuruh-Nya pulang, Yesus naik ke atas bukit untuk berdoa seorang diri. Ketika hari sudah malam, Ia sendirian di situ.” Saat teduh pribadi bersama Bapa.

Dunia yang serba cepat dan maju ini, sangat mudah membuat kita kelelahan—menekan kita untuk terus maju dan melangkah dengan segala daya yang kita miliki. Bahkan dalam kerinduan kita untuk menjadi orang Kristen yang efektif, kita harus secara konsisten menarik diri untuk menyediakan waktu dalam hadirat Allah. Hanya dengan mengalami penyegaran oleh kekuatan-Nya, kita menemukan dorongan untuk melangkah maju dalam pelayanan kita kepada-Nya. Bersekutulah secara pribadi dalam Yesus sebelum mengambil langkah maju. —WEC

Untuk menghadapi hidup yang penuh tantangan

Dan mengatasi setiap ujian,

Allah meminta kita untuk menyediakan waktu

Untuk berhenti. Untuk berdoa. Untuk beristirahat. —Sper

Saat teduh pribadi dengan Bapa adalah satu-satunya tempat menemukan kekuatan untuk terus melangkah.

Sumber : Santapan Rohani

Tidak ada komentar:

Posting Komentar