Kamera 1

Minggu, 22 Januari 2012

H O M I L I Mgr F.X Hadisumarta O.Carm

H O M I L I
Mgr F.X Hadisumarta O.Carm

MINGGU BIASA III/B/2012

Yun 1:1-5.10 1Kor 7:29-31 Mrk 1:14-20


PENGANTAR
Dalam perjalanan hidup kita untuk memasuki Tahun Baru ini, hari ini Gereja mengajak kita mendengarkan bacaan Nabi Yunus, surat Paulus dan Injil Markus yang pendek namun mendalam isinya dan sangat urgen pelaksanaannya. Secara singkat, kita semua diajak “sungguh bertobat” dan hidup menurut ajaran Yesus seperti tercantum dalam Injil-Nya. Yesus berkata: “Bertobatlah dan percayalah kepada Injil”. “Mari, ikutilah Aku!” Apa arti pertobatan dan hidup dengan percaya kepada Injil itu bagi kita?

HOMILI
Sesudah mengatakan “bertobatlah dan percayalah kepada Injil”, Yesus berjalan menyusur pantai Danau Galilea. Dan Ia memanggil beberapa orang murid, yang sedang bekerja, namun mereka langsung mengikuti Dia. Pesan apa ingin disampaikan Injil Markus kepada kita dalam ceritera itu?
Pertama bertobat. Bertobat berarti mengadakan perubahan, transformasi diri total, dari kebiasaan hidup sebagai manusia lama menjadi manusia baru. Secara baru artinya berpikir, bersikap dan berbuat secara lain, yaitu hidup dan berbuat tidak hanya memikirkan diri sendiri, tetapi juga memperhatikan kepentingan orang lain.

Contohnya dalam Bac.I: Yunus dalam Perjanjian Lama: ia berani mengajak penduduk Ninive, sebagai kota besar dengan banyak penduduknya yang berbuat jahat. Dalam Bac.II: Paulus dalam Peranjian Baru mengajak umat di Korintus supaya jangan memutlakkan keinginan dan kenikmatan duniawi, sebab itu hanya sementara, dan harus memperhatikan pula kebutuhan kelak dalam hidup abadi. Bagi kita sekarang ini bertobat bukanlah sekadar menyesali perbuatan atau sikap jahat (berdosa) untuk sementara. Bertobat adalah suatu keputusan mendasar (definitif) untuk berjerih-payah mengubah diri pribadi. Itu berarti sungguh-sungguh mau mengatur hidup menurut ajaran dan teladan Yesus Kristus. Itulah sebenarnya yang disebut bertobat. Memang tidak mungkin pertobatan itu diperoleh secara mendadak. Pasti tak mungkin siapapun dapat mengalahkan dirinya sendiri sekali jadi. Para rasul, murid-murid Yesus, sendiripun, yang mengikuti Dia mengalami perjuangan pertobatan itu bertahun-tahun.

Kedua mengikuti Yesus. Mengikuti Yesus bukan berarti sekadar menemani Dia dalam perjalanan-Nya, mendengarkan pewartaan-Nya dan hanya melihat apa yang dilakukan-Nya. Mengikuti Yesus berarti terutama memahami dan bertekad untuk juga berbuat seperti diajarkan dan dilakukan oleh Dia.

Yang paling menyolok dalam ajaran, sikap dan perbuatan Yesus seperti disaksikan murid-murid-Nya ialah mewartakan dan mendirikan dunia baru, yang disebut-Nya Kerajaan Allah. Apakah Kerajaan baru itu? Sikap, kata-kata dan perbuatan yang dilakukan Yesus selama hidup-Nya, - itulah Kerajaan Allah! Ia menyingkirkan segala hambatan, halangan, pertentangan, tembok-tembok, yang memisahkan umat manusia satu sama lain. Yang menyolok ialah, bahwa Ia bukan datang sebagai orang besar, “orang gede”, orang berkuasa, menghukum orang lemah dan kecil. Sebaliknya Ia mencari mereka itu untuk menolongnya, dan dengan sederhana namun nyata dan jelas menawarkan pertolongan-Nya. Kepada segenap golongan atau kelompok yang saling bermusuhan atau bertentangan, karena perbedaan pandangan, keyakinan keagamaan, kedudukan, ataupun suku atau kebangsaan, - kepada mereka itu Yesus datang, dan tanpa paksa mena-warkan perdamaian dalam persaudaraan. Yesus tidak menyingkirkan status atau kedudukan setiap orang dalam masyarakat yang memang harus dimilikinya, tetapi Ia menghendaki agar mereka itu - kita semua - saling menghormati dan mengasihi sebagai putera-puteri Allah yang sama marta-batnya, sebagai saudara satu sama lain.

Bagi kita terutama sebagai orang kristiani, apabila ingin mengikuti Yesus secara sungguh-sungguh, harus mau datang bersama-sama mengelilingi meja makan Ekaristi yang satu dan sama untuk bersatu dengan Dia. Tetapi hanya orang yang tahu dan mau saling menganggap sesamanya sebagai semartabat sebagai murid Yesus, akan pantas disebut sebagai orang yang sungguh bertobat, percaya kepada Injil, dan karena itu pantas menerima Ekaristi, yaitu bersatu dengan Yesus Kristus dan sesama.

Keduabelas rasul adalah teladan bagi kita: mereka mendengarkan panggilan Yesus, dan kemudian konsekuen mengikuti Dia, bahkan kecuali Yohanes mereka rela mengorbankan hidup bagi Dia.

sumber : Iman Katolik

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar