Kamera 1

Selasa, 17 Januari 2012

DOA SEORANG ANAK KECIL


Suatu ketika, ada seorang anak yang
sedang mengikuti sebuah lomba mobil
balap mainan. Suasana sungguh meriah
siang itu, sebab, ini adalah babak final.
Hanya tersisa 4 orang sekarang dan
mereka memamerkan setiap mobil
mainan yang dimiliki. Semuanya buatan
sendiri, sebab, memang begitulah
peraturannya. Ada seorang anak bernama
Mark. Mobilnya tak istimewa, namun ia
termasuk dalam 4 anak yang masuk final.
Dibanding semua lawannya, mobil Mark
lah yang paling tak sempurna. Beberapa
anak menyangsikan kekuatan mobil itu
untuk berpacu melawan mobil lainnya.
Yah, memang, mobil itu tak begitu
menarik. Dengan kayu yang sederhana
dan sedikit lampu kedip diatasnya, tentu
tak sebanding dengan hiasan mewah
yang dimiliki mobil mainan lainnya.
Namun, Mark bangga dengan itu semua,
sebab, mobil itu buatan tangannya
sendiri.
Tiba lah saat yang dinantikan. Final
kejuaraan mobil balap mainan. Setiap
anak mulai bersiap di garis start, untuk
mendorong mobil mereka kencang-ke
ncang. Di setiap jalur
lintasan, telah siap 4 mobil, dengan 4
"pembalap" kecilnya. Lintasan itu
berbentuk lingkaran dengan 4 jalur
terpisah diantaranya. Namun, sesaat
kemudian, Mark meminta waktu
sebentar sebelum lomba dimulai. Ia
tampak berkomat-kamit seperti sedang
berdoa. Matanya terpejam, dengan
tangan yang bertangkup memanjatkan
doa. Lalu, semenit kemudian, ia berkata,
"Ya, aku siap!". Dorr. Tanda telah dimulai.
Dengan satu hentakan kuat, mereka mulai
mendorong mobilnya kuat-kuat. Semua
mobil itu pun meluncur dengan cepat.
Setiap orang bersorak-sorai,
bersemangat, menjagokan mobilnya
masing-masing. "Ayo..ayo...cep at..cepat,
maju..maju" , begitu teriak mereka.
Ahha...sang pemenang harus ditentukan,
tali lintasan finish pun telah terlambai.
Dan, Mark lah pemenangnya. Ya,
semuanya senang, begitu juga Mark. Ia
berucap, dan berkomat-kamit lagi dalam
hati. "Terima kasih." Saat pembagian
piala tiba. Mark maju ke depan dengan
bangga. Sebelum piala itu diserahkan,
ketua panitia bertanya. "Hai jagoan,
kamu pasti tadi berdoa kepada Tuhan
agar kamu menang, bukan?". Mark
terdiam. "Bukan, Pak, bukan itu yang aku
panjatkan" kata Mark. Ia lalu
melanjutkan, "Sepertinya, tak adil untuk
meminta pada Tuhan untuk menolongku
mengalahkan orang lain. "Aku, hanya
bermohon pada Tuhan, supaya aku tak
menangis, jika aku kalah." Semua hadirin
terdiam mendengar itu. Setelah
beberapa saat, terdengarla h gemuruh
tepuk-tangan yang memenuhi ruangan.
Saudaraku,
anak-anak, tampaknya lebih punya
kebijaksanaan dibanding kita semua.
Mark, tidaklah bermohon pada Tuhan
untuk menang dalam setiap ujian. Mark,
tak memohon Tuhan untuk meluluskan
dan mengatur setiap hasil yang ingin
diraihnya. Anak itu juga tak meminta
Tuhan mengabulkan semua harapannya.
Ia tak berdoa untuk menang, dan
menyakiti yang lainnya. Namun, Mark,
bermohon pada Tuhan, agar diberikan
kekuatan saat menghadapi itu semua. Ia
berdoa, agar diberikan kemuliaan, dan
mau menyadari kekurangan dengan rasa
bangga. Mungkin, telah banyak waktu
yang kita lakukan untuk berdoa pada
Tuhan untuk mengabulkan setiap
permintaan kita. Terlalu sering juga kita
meminta Tuhan untuk menjadikan kita
nomor satu, menjadi yang terbaik,
menjadi pemenang dalam setiap ujian.
Terlalu sering kita berdoa pada Tuhan,
untuk menghalau setiap halangan dan
cobaan yang ada di depan mata.
Padahal, bukankah yang kita butuh
adalah bimbingan-Nya, tuntunan-Nya,
dan panduan-Nya? Kita, sering terlalu
lemah untuk percaya bahwa kita kuat.
Kita sering lupa, dan kita sering merasa
pesimis dengan kehidupan ini. Tak
adakah semangat perjuangan yang mau
kita lalui? Saya yakin, Tuhan memberikan
kita ujian yang berat, bukan untuk
membuat kita lemah dan mudah
menyerah. Sesungguhnya, Tuhan sedang
menguji setiap hamba-Nya yang
beriman. Jadi, teman, berdoalah agar kita
selalu tegar dalam setiap ujian.
Berdoalah agar kita selalu dalam
lindungan-Nya saat menghadapi itu
semua. Amin
Tuhan memberkati......

Tidak ada komentar:

Posting Komentar