Pohon Natal Selalu Hijau Sepanjang Tahun
by Kebun Anggur on Tuesday, 20 December 2011 at 09:03
Pertama si burung datang kepohon birch. “Pohon birch yang cantik,” kata sang burung, “sayapku patah, dan teman-temanku telah terbang jauh. Bolehkah saya hidup ditengah-tengah dahanmu sampai mereka kembali lagi?”
“Tentu saja, Tidak” jawab pohon birch, sambil menarik dedaunannya yang hijau menjauh. “Kami dari hutan yang besar memiliki burung kami sendiri untuk dibantu. Saya tidak bisa melakukan apa-apa untukmu.”
“Pohon birch ternyata tidak terlalu kuat,” kata si burung kepada dirinya sendiri, “dan mungkin dia tidak bisa menjaga saya dengan mudah. Saya akan bertanya pada pohon ek.” Jadi si burung berkata “Pohon ek yang besar, kamu sangat kuat, apakah kamu tidak mengijinkan saya untuk tinggal di dahanmu sampai teman-temanku kembali di musim semi?”
“Pada musim semi!” pohon ek berteriak ketakutan. “Lama sekali. Bagaimana aku tahu apa yang nanti bakal kamu lakukan dalam waktu selama itu? Burung selalu mencari sesuatu untuk dimakan, dan kamu mungkin akan memakan beberapa biji-bijianku.”
“Mungkin pohon willow itu mau berbaik hati denganku,” pikir si burung, dan ia berkata: “Willow yang lembut, sayapku patah, dan aku tidak dapat terbang ke selatan dengan burung-burung lainnya. Bolehkah aku tinggal di dahan-dahanmu hingga musim semi?”
Pohon willow tidak terlihat lembut, karena ia menarik mundur dirinya sendiri dengan bangga dan berkata: “Tentu saja, saya tidak mengenalmu, dan kami pohon willow tidak pernah berbicara kepada orang yang kita tidak kenal. Mungkin ada pohon-pohon diluar sana yang akan menerima seekor burung asing sepertimu. Tinggalkan aku segera.”
Burung kecil yang malang ini tidak tahu lagi apa yang harus dilakukan. Sayapnya tidak kuat, tetapi ia mulai untuk mencoba terbang sejauh mungkin yang ia bisa. Sebelum ia pergi jauh sebuah suara terdengar. “Burung kecil,” suara itu memanggil, “kamu mau pergi kemana?”
“Sungguh, aku tidak tahu,” jawab si burung dengan sedih. “Saya sangat kedinginan.”
“Datanglah kemari,” kata pohon spruce dengan bersahabat, ternyata suaranyalah yang memanggil si burung.
“Kamu boleh tinggal di dahanku yang paling hangat sepanjang musim dingin jika kamu mau.”
“Apakah kamu benar-benar mengijinkan aku tinggal?” tanya si burung kecil dengan tak sabar.
“Tentu saja, aku mau” jawab pohon spruce yang baik hati. “Jika teman-temanmu telah terbang jauh, sudah waktunya pohon-pohon menolongmu. Ini dahanku juga daunku yang paling tebal dan lembut.”
“Dahanku tidak terlalu tebal,” kata pohon pinus dengan bersahabat, “tapi aku besar dan kuat, dan aku bisa menjaga Angin Utara darimu dan pohon spruce.”
“Saya juga bisa membantu,” kata pohon juniper kecil. “Saya bisa memberikan buah beri kepadamu sepanjang musim dingin, dan setiap burung tahu bahwa buahku yang paling enak.”
Jadi pohon spruce memberikan burung kecil yang kesepian itu sebuah rumah; pohon pinus menjaga agar dingin Angin Utara menjauh dari sana; dan pohon juniper memberikan buah beri untuk dimakan. Pohon-pohon lainnya melihat dan berbicara bersama-sama dengan bijak.
“Aku tidak akan membiarkan burung asing tinggal didahanku,” kata pohon birch
“Aku tidak akan pernah memberikan bijiku kepada siapapun,” kata pohon ek
“Aku tidak akan pernah melakukan apapun untuk orang asing,” kata pohon willow, dan ketiga pohon menarik daun mereka dekat-dekat.
Pada pagi hari semua bersinar, daun hijau berjatuhan ke tanah, karena dinginnya Angin Utara yang datang pada malam hari, dan setiap daun yang disentuh jatuh dari pohon.
“Bolehkah aku menyentuh semua daun di hutan?” tanya sang angin sambil bersenda gurau.
“Tidak boleh,” kata Raja Embun Beku. “Pohon-pohon yang telah berbaik hati kepada burung kecil dengan sayapnya yang patah jangan kau sentuh daun mereka.”
Inilah kenapa daun pohon spruce, pinus dan juniper selalu hijau (evergreen).
Dari cerita Why the Evergreen Trees Never Lose Their Leaves yang ditulis oleh Florence Holbrook
Tidak ada komentar:
Posting Komentar